Jumat, 13 Januari 2012

“Mitos-mitos” di seputar murai batu


Berikut ini ada beberapa contoh mitos yang berkembang di kalangan kicaumania atau penghobi burung tentang katuranggan/ bentuk fisik murai batu yang dipercaya sebagai bagus. Tetapi ya namanya saja mitos, hal itu tidak bisa menjadi pegangan dalam pemilihan murai batu berdasar katuranggan.
1. Kaki hitam: Kaki hitam lebih didasarkan pada habitat aseli burung itu. Dalam setiap habitat burung, tentu ada murai batu yang mampu “merajai” komunitasnya dan ada yang “underdog”. Kalau Anda mendapatkan burung dari kelompok underdog ini, meski kakinya hitam legam, ya tentunya nggak akan bisa jadi murai batu yang top markotop.
2. Mata melotot atau mendolo: Mata yang melotot dipercaya menunjukkan burung punya power bersuara yang bagus. Tetapi faktanya banyak burung yang matanya biasa saja atau malah terkesan sipit, bisa menunjukkan kinerja yang bagus ketika ditarungkan.
3. Ekor ngumpul atau ngempel. Ekor yang menggumpal menjadi satu dipercaya adalah milik murai batu berperforma bagus. Jelas ini tidak benar, sebab bentuk ekor juga tergantung habitatnya. Banyak burung murai batu Aceh yang pada dasarnya ekornya membuka membentuk huruf V, tetapi kinerjanya luar biasa.
4. Body lonjong-besar. Murai batu yang body-nya bongsor panjang belum tentu bersuara kencang karena sebesar dan sebongsor apapun body-nya kalau struktur kerongkongannya tidak memungkinkan pita suara bergetar maksimal, ya tentu volume suara tidak bisa keluar keras.
5. Kretekan keras. Kretekan keras tidak berkorelasi atau berbanding lurus dengan volume yang keras. Banyak burung yang kretekannya biasa saja tetapi bisa menyuarakan lagu dengan volume dahsyat.
Ya itu beberapa mitos di seputar katuranggan burung murai batu di kalangan muraimania. Kalau Anda termasuk pemercaya mitos itu, sebaiknya mulai membentuk lagi persepsi yang salah tersebut agar Anda tidak terjebak memilih burung hanya berdasar mitos.
Yang penting lagi, ketika Anda memilih burung murai batu adalah jangan pernah menyimpulkan dari tampilan fisik semata. Kalau Anda ragu, coba saja ditrek dengan burung lain sebelum menentukan pilihan.
Bagaimana dasar utama pemilihan burung ketika ditarungkan?
1. Tidak loncat-loncat apalagi ngruji/ suka nempel ke jeruji sangkar. Burung yang loncat-loncat ketika ditandingkan, bisa jadi karena terlalu galak atau bisa juga malah kurang power sehingga tidak bisa membawakan lagu dengan tenang. Namun, ada juga yang merupakan bawaan, karakter, yang tidak bisa diperbaiki performanya.
2. Suara keras. Burung yang ketika ngeplong-ngeplong tidak terdengar keras suaranya, belum tentu memiliki suara bervolume kecil. Banyak murai batu bersuara pasa-pasan tetapi sangat kencang ketika mengeluarkan tembakan besetan yang hanya keluar ketika ditandingkan. Inilah perlunya mencoba “ngetrek” burung sebelum membelinya untuk dijadikan andalan di lapangan.
Demikian sobat sedikit catatan dari saya, semoga bermanfaat.
Salam hangat, untuk burung berperforma bagus,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar